Rasa tanggung jawab dan disiplin yang diajarkan Mama dalam kehidupan aku itu menurut aku ato orang lain yang ngelihat bisa dianggap sebagai suatu tindakan kekerasan yang rada kelewatan, ato mungkin istilahnya sekarang yang lebih tepat adalah child abuse, masalahnya nggak jarang mama aku itu mukul aku dengan gagang sapu, rotan ato sapu lidi yang membuat sekujur tubuhku jadi luka karena memar ….. tapi, yang perlu dimengerti adalah aku menerima semua hukuman dari mama tersebut karena akunya yang tidak disiplin, nakal, ato ngelakuin sesuatu tindakan yang udah sepatutnya dihukum, cuma mungkin hukuman yang aku terima itu kesannya sangat berat buat anak seumuran aku.
Jadi kalau aku ditanya apakah aku benci dengan mama aku saat ini? Jawabannya adalah TIDAK …….. karena aku sekarang menjadi orang sebagaimana aku ada dengan segala karakter ato kebiasaan hidup yang menurut aku baik adalah karena didikan mama, cuma mungkin sikap disiplin yang ditanamkan dalam kehidupan aku itu terlampau keras, sehingga akhirnya aku tumbuh menjadi seorang pria yang tidak bisa terbuka / dekat dengan seorang wanita, karena menurut pemikiran / kesan aku terhadap wanita itu adalah seorang diktator, cerewet dan selalu berusaha mengatur kehidupan sang pria menjadi seperti yang diinginkannya.
Setelah dewasa, akupun akhirnya sadar kalau aku menjadi seorang yang LEBIH SUKA menjalin hubungan dengan sesama jenis alias Gay karena aku nggak bisa bersikap terbuka dan menerima kehadiran seorang wanita dalam kehidupan aku. Aku katakan “lebih suka” karena aku sudah mencoba melakukan hubungan sex dengan wanita, dan ternyata aku bisa melakukannya, tapi aku tidak bisa berbagi perasaan aku bersama wanita seperti misalnya curhat, sayang, perhatian, mesra dan sebagainya seperti layaknya seorang pria straight mencurahkan kasih sayangnya kepada wanita yang dicintainya.
Sebelum aku tahu kenapa aku bisa menjadi Gay …….. aku sering menyalahkan diri sendiri, khususnya pemikiran yang ada dalam diri ini, kenapa ….kenapa dan kenapa? Setelah aku tahu jawabannya kenapa aku bisa menjadi Gay, aku berusaha berdamai dengan diri aku sendiri, memaafkan lingkungan yang membuat aku menjadi Gay khususnya sikap mama dalam mendidik anak anaknya menjadi orang yang sukses dan berguna, serta mulai memotivasi hidup aku yang Gay ini untuk bisa menjadi orang yang berguna bagi orang lain juga khususnya bagi People Like Us ( PLU ), karena dalam hidup ini yang paling penting menurut aku adalah memikirkan BAGAIMANA HIDUP KITA SELANJUTNYA bukan memikirkan KENAPA AKU HARUS HIDUP SEPERTI INI.”
Pertama, faktor biologis yaitu gangguan di pusat seks di otak. Keadaan ini didapat sejak awal sebagai suatu gangguan yang dibawa sejak lahir.
Kedua, faktor perkembangan psikoseksual sejak masa kecil. Pada keadaan ini terjadi gangguan dalam perkembangan psikoseksual yang terjadi pada masa kecil. Sebagai contoh, ketika anak merasa penisnya tidak ada lagi karena sudah dipotong oleh ibunya, maka dia tertarik kepada sesama jenis.
Keempat, faktor lingkungan, Karena pengaruh lingkungan yang menyebabkan seseorang merasakan pengalaman homoseksual, akhirnya menjadkan dia sebagai seorangi homoseksual. Jadi pada orang homoseksual, bukan faktor hormon kejantanan atau kebetinaan yang menjadi penyebab
Kelima, faktor traumatis, Hal ini dikarenakan terjadinya sebuah pengalaman traumatik yang pernah di masa lalu. Pengalaman tersebut menyebabkan munculnya program di level pikiran bawah sadarnya untuk tidak dapat menjalin hubungan asmara kepada lawan jenis sebagaimana mestinya. Kisah di atas disebabkan oleh faktor ini.
Ingin Mengundang Beliau ke Instansi Anda? ataupun ingin mendapatkan Informasi Jadwal Pelatihan Hipnoterapi, NLP dan Coaching bersama Beliau? Silakan Hubungi: 0812-8446-0494 atau 0896-7370-0228